Nihon Kurabu SMK Negeri 1 Cibinong
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

SEIJIN NO HI ( COMING OF AGE DAY )

2 posters

Go down

SEIJIN NO HI ( COMING OF AGE DAY ) Empty SEIJIN NO HI ( COMING OF AGE DAY )

Post by Mayuki-chan Tue Aug 09, 2011 12:33 pm

Di Indonesia ada beberapa batasan usia yang dianggap dewasa. Ada yang bilang usia 13 tahun itu awal perjalanan menuju kedewasaan. Orang Indonesia dianggap dewasa secara hukum saat menginjak usia 17 tahun.

Nah, gimana kalau di Jepang? Apa arti kedewasaan bagi orang Jepang? Apa kedewasaan diukur dengan jumlah umur? Tentu saja tidak. Kedewasaan tergantung sikap masing-masing orang. Tapi, paling tidak usia bisa dijadikan sebagai tolak ukur dalam memandang situasi seseorang.

Di Jepang ada upacara Seijin no Hi bagi orang yang telah mencapai usia 20 tahun. Perayaan ini berasal dari upacara keagamaan Shinto yang disebut Genpuku. Pada upacara Genpuku, anak laki-laki berusia 10 tahun sampai 16 tahun yang berasal dari keluarga samurai menerima eboshi ( semacam ikat kepala ) dan nama resmi/nama dewasa sebagai penanda masa kedewasaan mereka. Versi lain dari Genpuku adalah Kanrei. Pada upacara Kanrei, anak laki-laki yang berasal dari keluarga kerajaan mendapatkan fundoshi ( semacam kain cawat yang dipakai oleh pegulat sumo sekarang ) sebagai penanda masa kedewasaan mereka.

Zaman dahulu anak perempuan sudah dianggap dewasa dan bisa menikah pada usia 12 tahun sampai 16 tahun. Upacara kedewasaan bagi ana perempuan pada zaman itu disebut Mogi. Pada perayaan Mogi tersebut, mereka mendapatkan kimono sebagai simbol kedewasaan.

Pada abad 19, perayaan Genpuku dan Kanrei mulai berkurang. Ini karena berubahnya struktur pemerintahan di Jepang saat itu. Pada tahun 1876, orang jepang dianggap dewasa secara hukum saat mereka menginjak usia 20 tahun. Pada masa itu, perayaan hari dewasa belum dirayakan secara formal.

Pada tahun 1948, perayaan hari dewasa ( Seijin no Hi ) dijadikan hari libur nasional oleh pemerintah yang berkuasa. Hal ini dilakukan agar para kaum muda Jepang jadi lebih sadar dan bertanggung jawab atas hidupnya. Sejak tahun 1948, Seijin no Hi dirayakan tiap tanggal 15 Januari. Tapi, Sejak tahun 2000, hari ini dirayakan pada hari Senin minggu kedua bulan Januari.

Orang Jepang yang telah menginjak usia 20 tahun telah dianggap dewasa secara hukum. Pada usia 20 tahun mereka diizinkan merokok, minum minuman keras dan berhak ikut dalam pemilihan umum. Bahkan mereka juga diizinkan menikah tanpa persetujuan orang tua. Dan jika mereka melakukan perkara kriminal, nama asli mereka boleh diumumkan secara resmi di depan publik. Dapat dikatakan, usia 20 tahun merupakan masa perubahan yang perubahan yang besar bagi orang Jepang.

Yang ingin mengikuti perayaan Seijin no Hi harus sudah berusia 20 tahun sebelum tanggal 20 April pada tahun yang bersangkutan. Biasanya mereka merayakannya di kampung halaman mereka masing-masing. Ada juga yang menggunakan kesempatan ini untuk bertemu kembali dengan teman-teman masa sekolah dulu.

Perayaan ini dihadiri oleh walikota dan pemuka pemerintahan segala. Mereka akan mengucapkan sepatah dua patah kaa sebagai sambutan dan juga memberikan semacam hadiah kenang-kenangan kepada para peserta.

Para partisipan cowok akan memakai setelan jas ala barat dan yang cewek memakai furisode. Furisode adalah semacam kimono yang memiliki lengan yang panjang dan menjuntai ke bawah. Sebagai aksennya mereka juga mengenakan stola yang terbuat dari semacam bulu-bulu putih. Bagi yang mampu, mereka akan khusus memesan atau membeli furisode. Tapi ada juga yang menyewanya.

Ada beberapa orang yang memakai furisode milik ibu mereka dulu. Pasti menyenangkan, kalau mereka bisa memakai furisode yang sama dengan yang dipakai oleh ibu mereka saat mengikuti upacara Seijin no Hi dahulu.

Setelah itu mereka akan bersembahyang di kuil. Umumnya setiap kuil mempunyai ritual tersendiri dalam upacara Seijin no Hi. Ritual ini di maksudkan agar anak muda Jepang menjadi dewasa dan jadi lebih sabar serta mampu mengendalikan diri dalam menghadapi tantangan hidup.

Setelah mengikuti serangkaian upacara yang melelahkan, mereka akan berfoto-foto bersama. Bahkan ada yang dengan sengaja berfoto di studio foto. Ini adalah kesempatan langka bagi para gadis karena mereka jarang memakai furisode. Ada beberapa orang yang sengaja menyimpan foto saat mereka memakai furisode. Ini untuk berjaga-jaga, kalau di masa datang nanti mereka akan dinikahkan dengan cara Omiai. Omiai adalah pejodohan yang diatur oleh orangtua. Biasanya sang pria akan diberi beberapa foto wanita yang akan dipilih untuk jadi calon istrinya. Dalam Omiai, foto wanita-wanita itu memakai pakaian modern dan pakaian tradisional Jepang.

Sayangnya, seiring dengan semakin majunya zaman, akhir-akhir ini kaum muda Jepang tidak begitu menganggap penting Seijin no Hi. Bahkan ada yang bilang upacara itu membosankan dan melelahkan serta hanya menghabiskan banyak uang saja. Tidak bisa dipungkiri, era modernisasi dewasa ini telah mulai menggeser pandangan orang Jepang terhadap hal-hal yang berbau tradisional.


Ini furisde yang di pakai pada acara seijin no hi
[You must be registered and logged in to see this image.]
Mayuki-chan
Mayuki-chan

Jumlah posting : 28
Join date : 08.08.11

http://myworldinmypage.blogspot.com/

Kembali Ke Atas Go down

SEIJIN NO HI ( COMING OF AGE DAY ) Empty Re: SEIJIN NO HI ( COMING OF AGE DAY )

Post by Faris Fadhli Wed Aug 10, 2011 11:10 pm

Mantap Maulisa... Arigatou :cihuy:
Faris Fadhli
Faris Fadhli
Railfans

Jumlah posting : 29
Join date : 07.08.11
Age : 29
Lokasi : Cimanggis, Depok

https://niku.forumid.net

Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas


 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik